free hit counter code Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Usia SD/MI Menurut Hurlock | Total Edukasi

Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Usia SD/MI Menurut Hurlock

karakteristik-perkembangan-peserta-didik-menurut-hurlock
total-edukasi.blogspot.com
Perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan dibagi menjadi beberapa periode atau tahapan. Para ahli membagi periode perkembangan berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandangnya. Pada pembahasan subunit ini dikemukakan pembagian periode perkembangan menurut Hurlock yang membaginya ke dalam lima periode perkembangan yang utama. Kelima periode itu mencakup: periode pranatal (janin dalam kandungan), periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (awal/dini, madya, lanjut usia).

Karakteristik Perkembangan Masa Anak Awal (2 - 6 tahun)

Umumnya orang berpendapat bahwa periode masa anak dirasakan sebagai periode yang cukup lama. Peride ini berlangsung dari rentangan waktu 3-5 tahun dan dilanjutkan 6-12 tahun relatif singkat. Tetapi, karena ketidakberdayaan dan ketergantungan pada orang lain dirasakan relatif lama, anak-anak tidak sabar menunggu saat pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi, melainkan sudah menjadi orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun menurut kehendaknya sendiri. Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak.

Orang tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan mengundang masalah. Mengapa? Karena pada masa ini anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, kadang menentang dan melawan orang tua, atau orang dewasa lainnya. Penyebabnya ialah mulai berkurangnya ketergantungan anak dibandingkan dengan pada masa bayi sebelumnya. Kemauan anak pun mulai berkembang. Pemahaman yang kurang tepat terhadap perubahan perkembangan anak pada masa ini dapat mengakibatkan orang dewasa tidak bersikap yang kurang semestinya. Hal ini akan mempengaruhi proses peletakan dasar pembentukan kepribadian yang dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.

Selain sebutan usia sulit dan bermasalah, orang tua juga menganggap masa anak awal sebagai usia bermain karena sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain. Sementara itu, para pendidik menyebut masa anak awal sebagai usia prasekolah, di mana anak mulai dititipkan pada tempat penitipan anak (TPA). Kemudian mereka memasuki kelompok bermain (KB). Terakhir, mereka memasuki Taman Kanak-kanak (TK) yang menekankan pada kegiatan bermain dalam pendidikan dan pembelajarannya untuk membantu perkembangan mereka melalui belajar sambil bermain (learning by playing). Pada masa prasekolah ini, anak dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan yang akan diselenggarakan di sekolah formal (SD).

Para psikolog perkembangan anak menyebut masa anak awal sebagai usia kelompok. Mengapa? Karena anak mulai belajar dasar-dasar perilaku melalui interaksi dengan anggota keluarga dan kelompok bermainnya. Selain itu juga, para psikolog menyebut anak pada masa ini sebagai usia menjelajah dan usia bertanya. Hal ini dikarenakan anak sudah mampu berjalan sehingga dapat menjelajah dan ingin tahu sehingga selalu bertanya mengenai segala hal yang ditemui di lingkungan kehidupan sekitarnya. Masa ini disebut juga usia meniru karena anak senang belajar dengan cara meniru, terutama menirukan pembicaraan dan tindakan orang lain. Ada pula yang menyebut masa ini sebagai usia kreatif. Pada periode ini anak memiliki kecenderungan kuat untuk menunjukkan kreativitas mereka terutama dalam bermain dibandingkan dengan masa lain dalam kehidupannya. Pada masa ini perkembangan fisik dan motorik anak sangat pesat. Demikian juga kemampuan berbicaranya. Anak mulai tertarik pada diri sendiri (egosentris).

Emosi yang umum pada masa anak awal adalah marah, takut, cemburu, ingin tahu, gembira, sedih, dan kasih sayang. Sosialisasi pada masa anak awal terjadi melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar anak, yaitu anggota keluarga dan teman bermain. Anak juga mulai belajar perilaku moral (baik-buruk) melalui respon menyenangkan atau tidak menyenangkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Disiplin mulai dapat diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Sikap orang tua dan teman-teman berpengaruh dalam pembentukan konsep diri yang menjadi dasar dan inti perkembangan kerpribadian anak selanjutnya.

Bahaya potensial atau resiko pada masa anak awal dikelompokan atas bahaya fisiologis dan bahaya psikologis. Bahaya fisiologis antara lain penyakit, kecelakaan, kegemukan, atau kekurusan. Bahaya psikologis antara lain kesulitan berbicara, keadaan dan gangguan emosi, kesulitan dalam sosialisasi melalui kegiatan bermain, serta kebiasaan, disiplin, dan konsep diri yang kurang positif. Kebahagiaan anak pada masa ini antara lain dipengaruhi oleh kondisi kesehatan yang baik, pengakuan orang lain akan perilaku kekanakannya, bebas mengungkapkan ekspresi emosi, harapan sosial yang realistis, kesempatan untuk melakukan eksplorasi, suasana gembira, serta dukungan keluraga.

Karakteristik Perkembangan Masa Anak Akhir (6-12 tahun)

Permulaan awal masa anak akhir ditandai dengan masuknya anak ke sekolah formal di SD kelas satu. Masuk SD kelas 1 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan setiap anak, sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap dan perilakunya. Sementara anak menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan sosial di sekolah, kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang (disequilibrium). Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan orang tua, pendidik, maupun psikolog perkembangan anak.

Orang tua menyebut masa anak akhir sebagai usia yang menyulitkan karena anak pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak mau lagi menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, sehingga orang tua menyebutnya usia tidak rapi. Anak tidak terlalu memperdulikan penampilannya. Mereka cenderung ceroboh, semaunya, dan tidak rapi dalam memelihara kamar dan barang-barangnya. Pada masa ini, anak juga sering kelihatan saling mengejek dan bertengkar dengan saudara-saudaranya sehingga orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar.

Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk kebiasaan pada anak untuk mencapai sukses ini cenderung menetap hingga dewasa. Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja sesuai, di bawah, atau di atas kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, baik dalam bidang akademik maupun bidang lainnya.

Psikolog perkembangan anak memberi sebutan anak pada masa ini sebagai usia berkelompok. Pada usia ini perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, anak ingin dan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang disepakati dan berlaku dalam kelompok sehingga masa anak ini disebut juga usia penyesuaian diri. Anak berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok, misalnya dalam berbicara, penampilan dan berpakaian, dan berperilaku.Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai kelanjutan dan penyempurnaan perilaku kreatif yang mulai terbentuk pada masa anak awal. Kecenderungan kreatif ini perlu mendapat bimbingan dan dukungan dari guru maupun orang tua sehingga bekembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinal, tidak negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang atau anak yang lain. Selain itu, periode ini disebut juga dengan usia bermain, karena minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi. Mereka bermain tidak lagi hanya di lingkungan keluarga dan teman di sekitar rumah saja, tapi meluas dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah.

Secara singkat, perkembangan pada masa anak akhir meliputi perkembangan berbagai aspek baik fisik maupun psikis (berbicara, emosi, sosial, dll). Pertumbuhan fisik pada periode anak akhir berjalan lambat dan relatif seragam. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan anak, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan dan gizi, serta perbedaan seks atau jenis kelamin. Keterampilan motorik seperti pilihan penggunaan tangan (kanan atau kidal) dan keterampilan bermain (melempar dan menangkap bola, naik sepeda, bermain sepatu roda, berenang, dll) mempengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan konsep diri anak. Kemampuan anak usia SD untuk dapat menolong dirinya sendiri (makan dan mandi sendiri, membereskan tempat tidur dan buku sendiri) dan orang ;ain, baik di rumah maupun di sekolah, perlu untuk mulai dikembangkan.

Perkembangan bahasa terutama berbicara dan penguasaan kosa kata mengalami peningkatan yang pesat. Sejalan dengan perkembangan bahasa, terjadi pula kemajuan dalam pengertian. Dengan demikian, pada periode ini mulai dikembangkan keterampilan dan kemampuan bersekolah (skolastik) seperti kemampuan dalam membaca menulis dan menghitung, serta pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai dengan usia dan lingkungan anak SD.

Perkembangan sosial mulai meluas dari lingkungan sosial di sekitar rumah manjadi lingkungan dan teman-teman di sekolah. Kelompok anak usia sekolah biasanya merupakan kelompok bermain yang terdiri atas anggota dari jenis kelamin yang sama, serta ada aturan dan pemimpinnya yang mempunyai keunggulan dibandingkan anggota kelompok lainnya. Selain teman bermain, pada akhir masa anak SD ini pemilihan teman bukan sekedar teman bermain, tetapi juga menjadi teman baik/akrab atau sahabat yang dikarenakan adanya kemiripan dan kesesuaian minat dan sifat dengan dirinya. Status sosial anak yang diperoleh dari sosiometri mengenai kedudukan anak dalam kelompoknya dapat dimanfaatkan untuk pembentukan kelompok belajar atau kerja kelompok sehingga dapat mendorong anak untuk berprestasi.

Perkembangan moral untuk berperilaku baik atau buruk tidak hanya berdasarkan respon senang atau tidak senang dari orang lain. Melainkan, mulai berkembang konsep-konsep moral yang umum dan berkembangnya suara hati yang mulai mengendalikan perilakunya. Anak mulai mencari konsep diri ideal dengan cara mengagumi tokoh-tokoh yang memiliki sifat keunggulan yang dibanggakan sebagai gambaran jatidiri yang ikut menentukan perilakunya.

Anak pada usia SD senang bermain dalam kelompoknya dengan melakukan permainan yang konstruktif dan olahraga. Mereka senang permainan olahraga, menjelajah daerah-daerah baru, mengumpulkan benda-benda tertentu, menikmati hiburan seperti membaca buku atau komik, menonton film dan televisi, juga melamun pada anak yang kesepian dan sedikit mempunyai teman bermain. Minat dan kegiatan bermain anak yang memposisikan kedudukan anak dan penerimaan serta pengakuan dari teman-teman sebaya, ikut berperan dalam menciptakan kebahagian anak pada periode anak akhir. Namun demikian, pada periode perkembangan ini pun terdapat bahaya potensial, baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Bahaya fisiologis antara lain penyakit, bentuk tubuh yang tidak sesuai, kecelakaan, ketidakmampuan fisik, kecanggungan penampilan; sedangkan bahaya psikologis antara lain masalah penyesuaian sosial karena kurangnya dukungan dan pengakuan dari orang lain dan teman sebaya. Kegiatan dan kepuasan berprestasi di sekolah baik secara akade-mik maupun nonakademik dapat menjadi sumber kepuasan dan kebahagiaan pada anak.

Karakteristik Perkembangan pada Masa Puber (11/12 – 14/15 tahun)

Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual semakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja.

Pada masa puber yang waktunya relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Dampak lebih lanjut, anak mengambil sikap ”anti” terhadap kehidupan, dan mengalami kehilangan sifat-sifat baik sebelumnya yang terjadi pada masa anak. Tak heran jika ada yang menyebut masa ini sebagai fase negatif.

Perubahan fisik/tubuh anak puber yang sangat pesat berkenaan dengan perubahan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), proporsi tubuh (perbandingan bagian-bagian tubuh), dan ciri-ciri seks primer (organ-organ reproduksi), dan ciri-ciri seks sekunder (rambut, otot, suara, payudara, dll). Perubahan fisik yang cepat dan mencolok ini mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku anak puber.

Karakteristik puber antara lain: sikap menarik diri dan menyendiri; merasa bosan melakukan kegiatan permainan pada masa anak; inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan; antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerjasama dan sering membantah atau menentang; emosi meninggi sehingga puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, kurang percaya diri; dan ada juga yang cenderung berpenampilan sangat sederhana dan bersahaja. Perubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan dan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.

Selain karakteristik sikap puber yang umum, ada juga sikap karakteristik puber yang dapat menimbulkan masalah. Hal ini dikarenakan anak puber mengalami matang lebih awal atau terlambat. Matang lebih awal kurang menguntungkan bagi anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak perempuan yang matang lebih awal menjadi salah tingkah dan berperilaku lebih dewasa sehingga sikapnya menjadi genit dibanding-kan dengan anak seusianya. Sebaliknya, anak laki yang matang terlambat sering merasa ketakutan tidak akan pernah menjadi dewasa.

Sebaiknya orang dewasa mempersiapkan anak pada masa anak akhir untuk memasuki masa puber dengan menjadi teman bagi anaknya dan memberikan informasi mengenai perubahan fisik dan psikis yang akan terjadi pada masa puber. Anak puber perlu didampingi agar dapat menerima tubuhnya yang berubah sangat pesat. Demikian juga, orang dewasa perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menarik diri, emosional, perilaku negatif dll, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang/masyarakat di sekitarnya.
Bagikan Post:

Jangan Lupa Follow Total-Edukasi untuk Mendapatkan Informasi Terbaru!

0 Response to "Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Usia SD/MI Menurut Hurlock"

Post a Comment

Mohon berkomentar dengan bijak dan sopan. Jangan gunakan kata-kata kasar, caci maki, bullying, hate speech, dan hal-hal lain yang dapat membuat orang lain tersinggung.