Tujuan, Fungsi, dan Manfaat serta Prinsip-prinsip Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
total-edukasi.blogspot.com |
Untuk
mendalami tentang Tujuan, Fungsi, dan Manfaat serta Prinsip-prinsip
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), silakan perhatikan penjelasan di
bawah ini dengan seksama.
Deklarasi
Education of all, atau pendidikan untuk semua orang telah dicetuskan
oleh para ahli pendidikan, tokoh masyarakat, politisi dan pemerintah
tahun 1990. Pada saat itu pemerintah telah mencanangkan wajib belajar
sembilan tahun. Setiap anak Indonesia, meskipun berada di daerah yang
sulit, kecil dan terpencil harus menyelesaikan pendidikan di SD dan
kemudian melanjutkan ke SMP.
Tetapi bagaimana dengan guru dan bangunan ruang belajar? Apakah
pemerintah melengkapi semuanya itu terlebih dahulu, baru kemudian
mencanangkan wajib belajar sembilan tahun? Rupanya PKR dapat menjawab
keterbatasan yang kita hadapi. PKR juga dapat dilaksanakan oleh guru
yang memahaminya.
Dengan
demikian, tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek
berikut:
Kuantiti dan Ekutiti
Dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan kita untuk
memenuhi asas kuantiti (jumlah) dan ekutiti (pemerataan). Dengan jumlah
guru yang kita miliki saat ini, kita dapat memberikan pelayanan
pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid
yang lebih besar jumlahnya, di samping itu kita mampu memberikan
layanan yang lebih merata.
Ekonomis
PKR
memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya
pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja
proses pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu
ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat
berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung
oleh pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu,
dengan jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan
pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit, kecil, dan
terpencil sekalipun.
Pedagogis
Sudah
seringkali bahwa pendidikan kita dikritik sebagai system yang belum
mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. Lulusan
kita dinilai kurang kreatif, bahkan cenderung pasif dan mudah
menyerah. Pengalaman sejumlah negara yang mempraktikkan PKR
menunjukkan bahwa, strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid.
Keamanan
Dengan
pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah
dijangkau oleh anak. Dengan demikian kekawatiran orang tua terhadap
keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD yang jauh dapat
menyebabkan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan
kelas atau putus sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan pada
saat murid pergi atau pulang sekolah.
Pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
perlu dikuasai oleh guru SD. Sebagai salah satu bentuk pembelajaran,
PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, seperti
bentuk-bentuk pembelajaran yang lain.
Pembelajaran
mengandung makna yang berbeda dari kegiatan belajar-mengajar. Pada
kegiatan belajar-mengajar, mengandung makna ada guru yang
memungkinkan terjadinya belajar. Sedangkan pada pembelajaran,
kegiatan belajar dapat terjadi dengan atau tanpa guru. Artinya, murid
dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa tergantung pada guru.
Misalnya, murid dapat belajar dari buku, berdiskusi
dengan teman atau mengamati sesuatu. Tetapi perlu diingat bahwa dalam
pembelajaran peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat
kegiatan, atau akhir kegiatan.
Di
samping prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, PKR mempunyai
prinsip khusus sebagai berikut:
Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam
PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar
terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang terjadi secara
serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai
tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan
dikelola dengan benar.
Dengan
demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan murid hanya untuk mengisi
kekosongan saja , maka bukan PKR yang diharapkan.
Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi
Selama
PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang
bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang
karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu
yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang
memakan waktu. Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah
kadar WKA. Namun perlu Anda ingat, bahwa WKA tinggi tidak selalu
berkadar tinggi. Kualitas pengalaman belajar yang dihayati murid
sangat menentukan WKA. Kualitas dan lamanya kegiatan berlangsung
menentukan tinggi rendahnya kadar WKA.
Kontak Psikologis guru dan murid yang berkelanjutan
Dalam
PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua murid
merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampu
melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi
dua kelas atau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu
meyakinkan murid bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan
pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan
instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan
instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan
penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau
mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang
berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang
optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur
tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur murid.
Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber
dapat berupa peralatan/sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang
tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien.
Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah
dapat dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian dengan orang dan waktu.
Murid yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu harus
dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar
tinggi.
Di
samping keempat prinsip yang telah disebutkan, masih ada satu prinsip
lagi yang perlu dikuasai guru PKR, yaitu membiasakan murid untuk
mandiri. Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka
murid akan terbiasa mandiri. Kemampuan murid untuk belajar mandiri
akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik
sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.
Terima kasih byk informasinya
ReplyDelete