free hit counter code Aspek Perkembangan Fisik Peserta Didik Usia SD/MI | Total Edukasi

Aspek Perkembangan Fisik Peserta Didik Usia SD/MI

aspek-perkembangan-fisik-anak-usia-sd
total-edukasi.blogspot.com
Peserta didik merupakan suatu totalitas atau kesatuan. Ini berarti perkembangan berlangsung secara terintegrasi, termasuk dalam perkembangan keseluruhan aspek-aspeknya seperti aspek fisik, sosial, emosi, intelek, moral, dan kepribadian, yang tidak dapat dipisahkan satu dari lainnya. Namun, dalam kesempatan kali ini, saya akan membatasi masalah terfokus pada aspek perkembangan fisik saja yang meliputi pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik, perkembangan keterampilan motorik, dan keterampilan dasar pada masa anak akhir (6-12 tahun).

Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik

  1. Pengertian perkembangan fisik

Perkembangan fisik/tubuh seseorang terjadi karena pertumbuhan dan perkem-bangan tulang, sistem saraf, sirkulasi darah, otot, serta berfungsinya hormon. Perkem-bangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi atau perbandingan antarbagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot dan lemak. Secara langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik anak akan menentukan keterampilan anak bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan cara anak memandang orang lain, yang berdampak lebih lanjut dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain. 
Perkembangan tinggi badan setiap peserta didik usia SD/MI dapat berbeda-beda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka mengikuti aturan/pola yang sama. Ketika anak berusia lima tahun, tinggi tubuhnya sudah dua kali dari tinggi/panjang tubuh saat ia lahir. Setelah itu mulai melambat kira-kira 7 cm setiap tahun, dan pada usia 12/13 tahun tinggi anak sudah mencapai sekitar 150 cm. Masih bertambah tinggi sampai usia 18 tahun ketika anak mengakhiri masa remajanya. Pada akhir usia SD dan anak memasuki masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat daripada anak perempuan. Namun, setelah itu terjadi pertambahan tinggi yang cepat sehingga pada akhir masa remaja, biasanya laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. 
Perkembangan berat tubuh peserta didik yang normal pada usia lima tahun akan memiliki berat tubuh sekitar lima kali beratnya ketika dilahirkan. Pada akhir masa anak sekolah beratnya sekitar 35-40 kg. Pada usia 10 – 12 tahun atau mendekati permulaan masa remaja, anak-anak mengalami periode lemak. Pada masa ini anak mengalami pematangan kelamin yang sebagian besar berasal dari hormon yang muncul bersamaan dengan itu. Gejalanya pada masa dua tahun terakhir ini (10-12 tahun). Nafsu makan anak semakin besar diringi dengan pertumbuhan tubuh yang cepat. Penumpukan lemak terjadi pada perut, pinggul, pangkal paha, dada, serta di sekitar rahang, leher dan pipi. Penumpukan lemak juga ternyata tidak merata di seluruh tubuh, sehingga orang yang melihat akan mengatakan anak berpenampilan gemuk. 
Perkembangan fisik tidak hanya berarti pertumbuhan dan penambahan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), tetapi juga proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara keseluruhan. Secara umum, perubahan proporsi tubuh mengikuti hukum arah perkembangan di mana terjadi pertumbuhan kepala berlangsung lambat, sedangkan anggota tubuh yaitu kaki dan tangan berlangsung cepat, sedangkan bagian tubuh lainnya berlangsung sedang. 
Ketidaksinkronan pertumbuhan bagian-bagian tubuh mengakibatkan proporsi tubuh peserta didik usia SD/MI berbeda dengan proporsi tubuh ketika bayi maupun dewasa. Meskipun terdapat perbedaan dan keanekaragaman ukuran tinggi dan berat badan serta proporsi tubuh, bentuk tubuh anak dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: (1) bentuk tubuh endomorf yang cenderung menjadi gemuk dan berat; (2) bentuk tubuh mesomorf yang cenderung menjadi kekar dan berat; serta (3) bentuk ektomorf yang cenderung kurus dan bertulang panjang. Ketiga bentuk tubuh ini mulai tampak jelas pada saat anak mengakhiri masa anak akhir. Ketika masa remaja dan dewasa bukan hanya tampak jelas ketiga bentuk tubuh ini, tetapi juga terdapat perbedaan yang jelas antara bentuk tubuh laki-laki dan perempuan. 
Selain perkembangan ukuran tinggi dan berat, serta proporsi tubuh, terjadi pula pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan tulang (jumlah dan komposisi) pada peserta didik usia SD/MI cenderung lambat dibandingkan masa anak awal dan remaja. Pengerasan tulang dari tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung terus sampai akhir masa remaja. Pertumbuhan tulang terjadi tidak erempak dan kecepatannya juga berbeda antara tulang yang satu dengan lainnya, tergantung pada hormon, gizi, dan zat mineral yang dikonsumsi anak. Pada dua tahun terakhir masa anak akhir di mana terjadi periode lemak, ada kecenderungan terjadi pembengkokan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras untuk menopang berat badan. Pengerasan tulang serta penambahan serabut otot yang seimbang dengan pertumbuhan otot dan lemak, penting bagi aktivitas dan perkembangan anak pada masa sekolah maupun perkembangan selanjutnya. 
Penggantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik di usia SD/MI menjadi peristiwa yang cukup penting karena mengandung kemungkinan besar mempengaruhi perilaku anak. Selain pergantian gigi, hal yang cukup penting adalah perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang karena akan mempengaruhi perkembangan indera dan berpikir anak, yang akan berdampak lebih lanjut pada kemampuan anak dalam belajar. 
Sebagian peserta didik usia SD/MI juga berada pada awal masa remaja yang dikenal dengan masa puber. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat pesat baik dalam ukuran tinggi dan berat badan, maupun dalam porporsi tubuh, yang disebabkan oleh kematangan kelenjar dan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan seksual. Perubahan fisik yang sangat pesat ini mengakibatkan anak puber mengalami ketidak- seimbangan, terlalu memperhatikan perubahan fisik tubuhnya, menarik diri dari pergaulan, perubahan minat dan kegiatan/aktivitas bermain, bersikap negatif/menentang, menjadi kurang percaya diri, dan sebagainya.

      2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pada masa sebelumnya (masa bayi dan kanak-kanak awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Pada masa anak akhir, pertumbuhan fisik relatif seimbang, meskipun masih tetap ada perbedaan individual setiap peserta didik. Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang berlangsung cepat, sedang, atau lambat. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembang-an fisik anak, baik secara umum maupun individual. Diantaranya adalah sebagai berikut.

Pengaruh keluarga, baik faktor keturunan maupun lingkungan keluarga.

Faktor keturunan dapat membuat anak menjadi lebih gemuk daripada anak lainnya sehingga lebih berat tubuhnya. Demikian juga ras suku bangsa yang merupakan salah satu keturunan membuat perkembangan fisik seseorang berbeda. Orang-orang Amerika, Eropa dan Australia cenderung lebih tinggi daripada orang dan anak Asia. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa anak tersebut. Pada setiap tahap usia termasuk usia SD/MI, lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.

Jenis Kelamin

Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun, yang terjadi sebaliknya. Kecenderungan ini terjadi karena bangun tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda daripada anak perempuan.

Gizi dan kesehatan

Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan yang memperoleh gizi kurang. Demikian pula, anak yang sehat dan jarang sakit biasanya memiliki tubuh sehat dan lebih berat dibandingkan dengan anak yang sering sakit. Lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat membantu mereka memberikan gizi yang cukup agar terjadi perkembangan fisik yang baik dan sehat sehingga pada akhirnya akan berdampak pada perkembangan aspek-aspek lainnya.

Status sosial ekonomi

Fisik anak dari kelompok keluarga sosial ekonomi rendah cenderung lebih kecil daripada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang cukup atau tinggi. Keadaan status sosial ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberikan makanan, gizi dan pemeliharaan kesehatan, serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut.

Gangguan emosional

Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, dan akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan/pertumbuhan memasuki masa puber. Demikian juga bentuk tubuh endomorf (gemuk), mesomorf (sedang) atau ektomorf (kurus) juga mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak, yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap aktivitas, sosialisasi, emosi, dan konsep diri/kepribadian anak secara keseluruhan.
Dalam mempelajari perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI, Anda tidak sekedar mengetahui pertumbuhan fisiknya saja, tetapi lebih dari itu bagaimana pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan aspek lainnya secara keseluruhan. Perubahan proporsi tubuh yang tidak serasi mengakibatkan anak merasa canggung, berpenampilan tidak rapi dan kurang menarik, dan terlalu mengkhawatirkan tubuh yang tak seimbang. Bagi anak usia SD/MI, reaksi yang diperlihatkan oleh orang lain terutama oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna yang sangat penting. Apabila ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya, anak akan merasa ada kelainan, tidak mampu, dan rendah diri.

Perkembangan Keterampilan Motorik

Sejalan dengan perkembangan fisik, terjadi pula perkembangan keterampilan motorik. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Apabila tidak ada gangguan fisik atau lingkungan maupun hambatan mental yang mengganggu perkem-bangan motorik, secara normal anak berusia 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah, dan berperan serta dalam kegiatan bermain dengan teman sebaya.

Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf. Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya mengajarkan keterampilan motorik melalui berbagai latihan akan menjadi usaha yang sia-sia. Gerakan terampil yang terkoordinasi belum dapat dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang baik. Sebagaimana halnya perkembangan fisik pada umumnya, perkembangan motorik juga mengikuti pola atau hukum arah perkembangan, yaitu urutan perkembangan mulai dari kepala, kemudian bagian tubuh, dan anggota tubuh (tangan dan kaki).

Pola perkembangan motorik dapat diramalkan, yang dimulai dari gerakan yang bersifat umum atau kasar menjadi gerakan yang semakin spesifik dan halus. Misalnya, gerakan motorik yang membentuk landasan bagi keterampilan tangan dan kaki tergantung pada keterampilan gerak yang dikuasai sebelumnya. Perbedaan motorik secara individual selain dipengaruhi kematangan dan keterampilan motorik sebelumnya, juga dipengaruhi kondisi lain yang dapat memperlambat atau mempercepat dikuasainya keterampilan gerak motorik tertentu. Kondisi yang mempengaruhi kecepatan dikuasainya perkembangan keterampilan motorik, antara lain sifat dasar genetik, ada tidaknya hambatan dalam awal kehidupan seseorang, kondisi pralahir dan saat lahir, gangguan atau rangsangan dari lingkungan, cacat fisik, kecerdasan, serta motivasi dan metode pelatihan yang disebabkan perbedaan jenis kelamin ras, sosial ekonomi.

Keterampilan motorik yang terkoordinasi dengan baik dapat dipelajari/dilatih dan berkembang menjadi kebiasaan. Sebenarnya, masa anak sangat ideal untuk mempelajari keterampilan motorik. Pada usia tersebut, tubuh anak masih lentur sehingga lebih mudah dilatih untuk gerakan motorik; anak belum terlalu banyak mempelajari keterampilan-keterampilan lainnya; belum terlalu banyak tanggung jawab dibandingkan dengan remaja apalagi orang dewasa; memiliki keberanian lebih pada waktu kecil dibandingkan ketika ia semakin besar; serta anak senang melakukan pengulangan yang membantu keterampilan gerakan motorik tersebut.

Keterampilan gerakan motorik pada umumnya dipelajari dengan berbagai cara. Pertama, uji coba (trial and error). Aapabila tidak ada bimbingan dan model untuk ditiru, anak melakukan tindakan coba-coba secara acak. Dengan cara ini, biasanya keterampilan yang dihasilkan anak berada di bawah kemampuan anak lainnya. Kedua, meniru atau imitasi dengan cara mengamati keterampilan gerak motorik suatu model (orang dewasa atau anak yang lebih besar). Terakhir, pelatihan terbimbing pada waktu mengamati model yang memperlihatkan keterampilan gerakan motoriknya sehingga anak dapat menirunya dengan tepat dan cepat.

Terdapat sejumlah keterampilan gerakan motorik yang umum pada masa anak usia sekolah. Pertama, keterampilan tangan, seperti menggunakan alat-alat makan, serta menangkap dan melempar bola. Berkenaan dengan penggunaan tangan, ada kecende-rungan beberapa anak lebih suka menggunakan tangan kanan, atau tangan kiri (kidal). Anak yang menggunakan tangan kanan seperti yang diajarkan dan dilatih oleh orang dewasa dapat mempermudah belajar, mendapat contoh/model dan bimbingan dalam menggunakan tangan kanan, lebih cepat terampil dan tidak melelahkan, serta lebih mudah menyesuaikan diri dengan harapan social, dan bergaul dengan orang lain sehingga menjadi pribadi yang menyenangkan. Kedua, keterampilan kaki seperti melompat, berlari, memanjat, dan mengendarai sepeda.

Dalam perkembangan motorik dapat terjadi masalah biasanya berkenaan dengan: (1) keterlambatan atau keterbelakangan kemampuan gerakan motorik yang dimiliki anak dibandingkan dengan anak seusianya, (2) harapan yang tidak realistik dari orang dewasa akan keterampilan motorik yang harus dikuasai anak, serta ketidaksanggupan mempelajari keterampilan gerakan motorik penting sehingga menghambat penyesuaian pribadi dan sosial anak. Misalnya, anak yang tidak/belum menguasai keterampilan motorik yang diperlukan dalam suatu permainan, ia tidak dapat mengikuti permainan tersebut atau disisihkan dari permainan.

Keadaan ini tentu berdampak lebih lanjut secara, negatif bagi penyesuaian sosial anak dan pembentukan kepribadiannya. Demikian juga apabila keterampilan gerakan motorik dasar keliru ataupun kurang tepat, maka akan berdampak bagi perkembangan gerakan motorik selanjutnya. Anak yang menggunakan tangan kiri (kidal) juga menyadari bahwa dirinya berbeda dari yang lain, sehingga cukup mengganggu penyesuaian diri dan sosialnya. Anak juga merasa canggung kalau pengendalian gerakan tubuhnya berada di bawah standar yang diharapkan bagi tingkatan usianya. Kondisi perkembangan gerakan motorik seperti ini, dapat berdampak lebih lanjut pada perkembangan lainnya. Di antaranya, anak menjadi rendah diri, timbul kecemburuan terhadap anak lain, malu, ketergantungan dan tidak berani mencoba, kekecewaaan, serta penolakan sosial.

Keterampilan Dasar pada Masa Anak Akhir

Selain keterampilan gerak motorik yang banyak dikembangkan melalui kegiatan permainan, pada usia peserta didik SD/MI, Hurlock (1991) mengemukakan empat keterampilan dasar berikut yang perlu dikuasai anak SD/MI pada masa anak akhir.
  1. Keterampilan menolong diri sendiri (self help), yang perlu dilatihkan agar anak dapat mencapai kemandiriannya. Untuk itu, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkannya mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Termasuk ke dalam keterampilan ini seperti: keterampilan makan, mandi, berpakaian, dan merawat diri. Pada akhir masa anak akhir, anak diharapkan sudah mampu membantu dan merawat diri sendiri dengan tingkat keterampilan dan kecepatan seperti orang dewasa.
  2. Keterampilan menolong orang lain (sosial), yang diperlukan agar anak dapat diterima oleh kelompok sosialnya, seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Agar dapat diterima menjadi anggota yang kooperatif, anak memerlukan keterampilan seperti menolong orang lain dalam pekerjaan rumah atau sekolah.
  3. Keterampilan bermain, yang diperlukan anak untuk belajar berbagai hal dan menikmati kegiatan kelompok dan menghibur diri sendiri. Di antara keterampilan bermain yang perlu dipelajari anak ialah keterampilan berlari, bermain bola, mengambar, dan memanipulasi alat permainan.
  4. Keterampilan bersekolah atau skolastik, yang diperlukan anak agar dapat mengikuti dan berprestasi dalam belajar di sekolah. Pada tahun-tahun awal sekolah, sebagian kegiatan anak melibatkan keterampilan motorik halus seperti: melukis, menggambar, menari, dan menyanyi. Semakin banyak dan baik keterampilan yang dimiliki anak, maka semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan, serta semakin baik pula prestasi sekolahnya, baik prestasi akademis maupun prestasi yang non-akademis.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, serta perubahan proporsi tubuh. Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik adalah pengaruh keluarga, jenis kelamin, gizi dan kesehatan, status sosial ekonomi, dan gangguan emosi. Sementara itu, perkembangan keterampilan motorik berkaitan dengan kemampuan pengendalian gerakan jasmani/fisik melalui syaraf dan otot yang terkoordinasi. Anak pada masa usia SD/MI memerlukan sejumlah keterampilan dasar. Keterampilan dasar itu meliputi: keterampilan menolong diri sendiri, menolong orang lain, bermain, dan bersekolah.
Bagikan Post:

Jangan Lupa Follow Total-Edukasi untuk Mendapatkan Informasi Terbaru!

0 Response to "Aspek Perkembangan Fisik Peserta Didik Usia SD/MI"

Post a Comment

Mohon berkomentar dengan bijak dan sopan. Jangan gunakan kata-kata kasar, caci maki, bullying, hate speech, dan hal-hal lain yang dapat membuat orang lain tersinggung.