Anda Harus Tahu Inilah 3 Dampak Kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus
total-edukasi.blogspot.com |
Ilustrasi
Seorang anak remaja usia 16 tahun, dia duduk di kelas 2 IPA SMA mempunyai kebiasaan berangkat sekolah naik motor dengan kecepatan tinggi (ngebut). Pada suatu hari dia kurang konsentrasi dalam pengendarai motornya karena pikirannya terbelah dengan ulangan pelajaran matematika yang akan dihadapi, sehingga dia mengalami kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit. Akibat dari benturan pada tulang belakangnya mengakibatkan adanya syaraf penglihatan yang putus sehingga dia diprediksi akan menjadi tunanetra. Setelah menjalani operasi tulang belakang dan dinyatakan sembuh oleh dokter namun ia mengalami kebutaan. Betapa tergoncangnya jiwa anak tersebut, sehingga dia mengalami depresi berat dan harus selalu berada dalam pengawasan psikiater dan psikolog sampai dia dapat menerima keadaannya. Di samping itu keluarga juga memerlukan bimbingan psikologis, agar mampu menghadapi anak berkebutuhan khusus yang baru saja dideritanya.
Dari
gambaran ilustrasi tersebut akibat terjadinya berkebutuhan khusus
sebagai suatu keadaan pada individu dengan kondisi mental yang lemah
termanifestasikan pada bentuk keterlambatan dan ketidak seimbangan di
dalam segala aspek. Tantangan membimbing berkebutuhan khusus tersebut
sebagai wujud dari hambatan yang dimiliki berkebutuhan khusus.
Hambatan itu adalah internalisasi rangsangan lingkungan berakibat
anak berkebutuhan khusus tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungan
secara fisiologis, psikologis dan sosiologis. Berkebutuhan khusus
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan lingkungan tersebut
sebagai dampak dari keadaan kebutuhan khusunya yang berakibat juga
pada kondisi sosial psikologis anak berkebutuhan khusus, dan secara
rinci diuraikan sebagai berikut:
Dampak Fisiologis
Dampak
fisiologis, terutama pada anak-anak yang mengalami kelainan yang
berkaitan dengan fisik termasuk sensori-motor terlihat pada keadaan
fisik penyandang berkebutuhan khusus kurang mampu mengkoordinasi
geraknya, bahkan pada berkebutuhan khusus taraf berat dan sangat
berat baru mampu berjalan di usia lima tahun atau ada yang tidak
mampu berjalan sama sekali. Tanda keadaan fisik penyandang
berkebutuhan khusus yang kurang mampu mengkoordinasi gerak antara
lain: kurang mampu koordinasi sensori motor, melakukan gerak yang
tepat dan terarah, serta menjaga kesehatan.
Dampak Psikologis
Dampak
psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya, karena
keadaan mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam
tanggapannya terhadap tuntutan lingkungan. Kekurangan mampuan dalam
penyesuaian diri yang diakibatkan adanya ketidak sempurnaan individu,
akibat dari rendahnya ”self esteem” dan dimungkinkan adanya
kesalahan dalam pengarahan diri (self direction).
Dampak Sosiologis
Dampak
sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu di
sekitarnya, terutama keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran anak
berkebutuhan khusus di keluarga menyebabkan berbagai perubahan dalam
keluarga. Keluarga sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan
kehadiran anak berkebutuhan khusus merupakan musibah, kesedihan, dan
beban yang berat. Kondisi itu termanifestasi dengan reaksi yang
bermacam-macam, seperti: kecewa, shock, marah, depresi, rasa
bersalah dan bingung. Reaksi yang beraneka ini dapat mempengaruhi
hubungan antara anggota keluarga yang selamanya tidak akan kembali
seperti semula.
Pada
umumnya, ibu yang mengalami trauma paling berat dan mendapatkan peran
yang terkekang dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus. Peran harus
memelihara anak berkebutuhan khusus dibutuhkan banyak waktu, sehingga
banyak tugas lain semakin berkurang. Dengan tumbuhnya anak
berkebutuhan khusus yang semakin besar, muncullah dilemma pada ibu
yang fungsinya sebagai penjaga atau pemelihara dan tugasnya untuk
menumbuhkan kemandirian anak. Semua masalah di keluarga tersebut
merupakan dampak sosiologis yang harus ditanggung oleh keluarga.
Anak
berkebutuhan khusus yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan sosialnya, dapat menimbulkan respon yang negatif
dari lingkungan sosial anak berkebutuhan khusus. Hal ini berdampak
anak dijauhi atau ditolak oleh lingkungan sosial, dan dalam
berkomunikasi akan terjadi jurang pemisah (communication gap) antara
anak berkebutuhan khusus dengan orang-orang di lingkungannya. Jurang
pemisah dalam hal berkomunikasi dapat terjadi karena orang di
lingkungannya menyampaikan pesan verbal yang tidak sesuai dengan
kemampuan atau daya tangkap anak berkebutuhan khusus. ”Communication
gap” ini merupakan dampak yang menimbulkan salah suai pada anak
berkebutuhan khusus.
Dampak
keberkebutuhan khusus dari tiga dimensi tersebut menyebabkan pengaruh
yang cukup berarti dalam kehidupan mereka. Keterbatasan dan daya
kemampuan yang mereka miliki menimbulkan munculnya berbagai masalah.
Masalah yang mereka hadapi relatif berbeda-beda, walaupun ada
kesamaan yang dirasakan oleh mereka ini sebagai dampak keberkebutuhan
kekhususan, dan yang ada kesamaan dirasakan mereka (Amin 1995:41-51)
meliputi:
Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah
ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi
keterbatasan mereka banyak yang mengalami kesulitan dalam kehidupan
sehari-hari terutama pada berkebutuhan khusus kategori berat dan
sangat berat. Keadaan itu diharapkan dalam program penanganan
memprioritaskan bimbingan dan latihan keterampilan aktifitas
kehidupan sehari-hari terutama memelihara diri sendiri, seperti: cara
makan, menggosok gigi, memakai baju, memasang sepatu, serta pekerjaan
rumah tangga yang sangat sederhana.
Masalah penyesuaian diri
Kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah
satunya kecerdasan. Kecerdasan yang rendah berakibat hambatan
penyesuaian diri, dan pada anak berkebutuhan khusus. Kondisi itu
menimbulkan kecenderungan diisolir oleh keluarga maupun masyarakat.
Kecenderungan terisolasi pada mereka mengakibatkan pembentukan
pribadinya tidak layak, untuk itu dalam program penanganan pada
mereka perlu menyarankan kepada keluarga supaya tidak mengisolir.
Masalah penyaluran ke tempat kerja
Keterbatasan
pada anak berkebutuhan khusus merupakan problem di dalam mendapatkan
pekerjaan. Masalah ini perlu diprioritaskan dalam program penanganan
untuk menyiapkan anak berkebutuhan khusus dengan berbagai program
keterampilan yang dapat digunakan untuk mencari nafkah atau bekerja.
Lembaga penanganan anak berkebutuhan khusus perlu juga memprogramkan
penyaluran kerjanya atau membentuk bengkel kerja yang terlindung
(sheltered work shop).
Masalah kesulitan belajar
Keterbatasan
kemampuan fisiologik dari anak berkebutuhan khusus mengakibatkan
kesulitan mencapai prestasi belajar bidang akademik. Kondisi ini
perlu diperhatikan bahwa program penanganan diusahakan dapat memenuhi
kebutuhan anak untuk mencapai prestasi belajar. Dalam pembelajaran
bidang akademik diusahakan materi dan metode, serta equipment yang
sesuai dengan kondisi mereka.
Masalah gangguan kepribadian dan emosi
Keterbatasan
pada fisiologis anak berkebutuhan khusus menyebabkan keseimbangan
pribadinya kurang stabil. Kondisi yang demikian itu dapat dilihat
pada penampilan tingkah lakunya sehari-hari, misalnya: berdiam diri
berjam-jam lamanya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah, mudah
tersinggung, suka mengganggu orang lain di sekitarnya, bahkan
tindakan merusak (destruktif).
Masalah pemanfaatan waktu luang
Anak
berkebutuhan khusus dalam tingkah lakunya sering menampilkan tingkah
laku nakal dan mengganggu ketenangan lingkungannya, hal ini terjadi
karena anak berkebutuhan khusus tidak mampu berinisiatif yang
dipandang layak oleh lingkungan. Mereka tidak mampu menggunakan waktu
untuk inisiatif kegiatan yang terarah jika tidak ada yang
mengarahkan. Bagi yang pasif cenderung suka berdiam diri atau
menjauhkan diri dari keramaian. Kondisi-kondisi yang terjadi pada
berkebutuhan khusus itu perlu diperhatikan dalam program penanganan
untuk memberi kegiatan saat mereka mempunyai waktu luang. Kegiatan
yang terarah saat waktu luang untuk menghindari efek negatif yang
dilakukan olehnya karena kegiatannya tidak membahayakan dan tidak
mengganggu lingkungan.
Kegiatan yang terarah pada waktu luang merupakan tenggung jawab bersama antara sekolah, pengasuh, dan orang tua. Tanggung jawab bersama ini mutlak dilakukan karena mereka saat berada di manapun kegiatannya harus diarahkan. Waktu luang yang tanpa diarahkan dengan kegiatan berakibat digunakan oleh mereka untuk kegiatan yang negatif.
Kegiatan yang terarah pada waktu luang merupakan tenggung jawab bersama antara sekolah, pengasuh, dan orang tua. Tanggung jawab bersama ini mutlak dilakukan karena mereka saat berada di manapun kegiatannya harus diarahkan. Waktu luang yang tanpa diarahkan dengan kegiatan berakibat digunakan oleh mereka untuk kegiatan yang negatif.
0 Response to "Anda Harus Tahu Inilah 3 Dampak Kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus"
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan bijak dan sopan. Jangan gunakan kata-kata kasar, caci maki, bullying, hate speech, dan hal-hal lain yang dapat membuat orang lain tersinggung.